Home » » Algoritma Complexcity

Algoritma Complexcity

Written By Unknown on Rabu, 16 Mei 2012 | 19.49


Kompleksitas Algoritma

·       Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien).

·       Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus.

·       Kemangkusan algoritma diukur dari berapa jumlah   waktu dan ruang (space) memori yang dibutuhkan untuk menjalankannya.

·       Algoritma yang mangkus ialah algoritma yang meminimumkan kebutuhan waktu dan ruang.

·       Kebutuhan waktu dan ruang suatu algoritma bergantung pada ukuran masukan (n), yang menyatakan jumlah data yang diproses.

·       Kemangkusan algoritma dapat digunakan untuk menilai algoritma yang terbaik.

·       Mengapa Kita Memerlukan Algoritma yang Mangkus?



Model Perhitungan Kebutuhan Waktu/Ruang 


·       Kita dapat mengukur waktu yang diperlukan oleh sebuah algoritma dengan menghitung banyaknya operasi/instruksi yang dieksekusi.

·       Jika kita mengetahui besaran waktu (dalam satuan detik) untuk melaksanakan sebuah operasi tertentu, maka kita dapat menghitung berapa waktu sesungguhnya untuk melaksanakan algoritma tersebut.


Contoh 1. Menghitung rerata


a1
a2
a3
an
                             Larik bilangan bulat

     
procedure HitungRerata(input a1, a2, ..., an : integer, output r : real)
{ Menghitung nilai rata-rata dari sekumpulan elemen larik integer a1, a2, ..., an.
  Nilai rata-rata akan disimpan di dalam peubah r.
  Masukan: a1, a2, ..., an
  Keluaran: r (nilai rata-rata)
}
Deklarasi
   k : integer
   jumlah : real

Algoritma

   jumlah¬0
   k¬1
   while k £ n do 
     jumlah¬jumlah + ak
     k¬k+1
   endwhile
   { k > n }
   r ¬ jumlah/n   { nilai rata-rata }







(i) Operasi pengisian nilai (jumlah¬0k¬1, jumlah¬jumlah+ak, k¬k+1, dan r ¬ jumlah/n)
         Jumlah seluruh operasi pengisian nilai adalah
                   t1 = 1 + 1 + n + n + 1 = 3 + 2n

(ii)   Operasi penjumlahan (jumlah+ak, dan k+1)
        Jumlah seluruh operasi penjumlahan adalah
                   t2n + n = 2n 

(iii)  Operasi pembagian (jumlah/n)
        Jumlah seluruh operasi pembagian adalah
          t3 = 1

Total kebutuhan waktu algoritma HitungRerata:

          t = t1 + t2 + t3 = (3 + 2n)a + 2nb + c  detik                                            
                     
·       Model perhitungan kebutuhan waktu seperti di atas kurang dapat diterima:
1.       Dalam praktek kita tidak mempunyai informasi berapa waktu sesungguhnya untuk melaksanakan suatu operasi tertentu

2.       Komputer dengan arsitektur yang berbeda akan berbeda pula lama waktu untuk setiap jenis operasinya.

·     Selain bergantung pada komputer, kebutuhan waktu sebuah program juga ditentukan oleh compiler bahasa yang digunakan.



·     Model abstrak pengukuran waktu/ruang harus independen  dari pertimbangan mesin dan compiler apapun.

·     Besaran yang dipakai untuk menerangkan model abstrak pengukuran waktu/ruang ini adalah kompleksitas algoritma.

·     Ada dua macam kompleksitas algoritma, yaitu kompleksitas waktu dan kompleksitas ruang.

·     Kompleksitas waktu, T(n), diukur dari jumlah tahapan komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n.

·     Kompleksitas ruang, S(n), diukur dari memori yang digunakan oleh struktur data yang terdapat di dalam algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan n.

·     Dengan menggunakan besaran kompleksitas waktu/ruang algoritma, kita dapat menentukan laju peningkatan waktu (ruang) yang diperlukan algoritma dengan meningkatnya ukuran masukan n.


Kompleksitas Waktu


·       Dalam praktek, kompleksitas waktu dihitung berdasarkan jumlah operasi abstrak yang mendasari suatu algoritma, dan memisahkan analisisnya dari implementasi.

Contoh 2. Tinjau algoritma menghitung rerata pada Contoh 1. Operasi yang mendasar pada algoritma tersebut adalah operasi penjumlahan elemen-elemen ak (yaitu jumlah¬jumlah+ak),

Kompleksitas waktu HitungRerata adalah  T(n) = n.
Contoh 3. Algoritma untuk mencari elemen terbesar di dalam sebuah larik (array) yang berukuran n elemen.

     
procedure CariElemenTerbesar(input a1, a2, ..., an : integer, output maks : integer)
{ Mencari elemen terbesar dari sekumpulan elemen larik integer a1, a2, ..., an.
  Elemen terbesar akan disimpan di dalam maks.
  Masukan: a1, a2, ..., an
  Keluaran: maks (nilai terbesar)
}
Deklarasi
   k : integer

Algoritma
   maks¬a1
   k¬2
   while k £ n do 
     if ak > maks then
        maks¬ak
     endif
     i¬i+1
   endwhile
   { k > n }


 Kompleksitas waktu algoritma dihitung berdasarkan jumlah operasi perbandingan elemen larik (A[i] > maks).

Kompleksitas waktu CariElemenTerbesarT(n) = n – 1.                                                                                                

Kompleksitas waktu dibedakan atas tiga macam :
1. Tmax(n) : kompleksitas waktu untuk kasus terburuk (worst case),
                   à kebutuhan waktu maksimum.
2. Tmin(n) : kompleksitas waktu untuk kasus terbaik (best case),
                   à kebutuhan waktu minimum.
3. Tavg(n): kompleksitas waktu untuk kasus rata-rata (average case)
   à kebutuhan waktu secara rata-rata



Contoh 4. Algoritma sequential search.


procedure PencarianBeruntun(input a1, a2, ..., an : integer, x : integer,
                            output idx : integer)
Deklarasi
  k : integer
  ketemu : boolean   { bernilai true jika x ditemukan atau false jika x tidak ditemukan }

Algoritma:
  k¬1
  ketemu ¬ false
  while (k £ n) and (not ketemu) do
    if ak = x then
      ketemu¬true
    else   
      k ¬ k + 1
    endif
  endwhile
  { k > n or ketemu }

  if ketemu then   { x ditemukan }
     idx¬k
  else
     idx¬ 0       { x tidak ditemukan }
  endif


Jumlah operasi perbandingan elemen tabel:

1. Kasus terbaik: ini terjadi bila a1 = x.
          Tmin(n) = 1

2. Kasus terburuk: bila an = x atau x tidak ditemukan.
         
          Tmax(n)  = n

3. Kasus rata-rata: Jika x ditemukan pada posisi ke-j, maka operasi perbandingan (ak = x)akan dieksekusi sebanyak j kali. 
          Tavg(n) = 

Cara lain: asumsikan bahwa P(aj = x) = 1/n. Jika aj = x maka Tj yang dibutuhkan adalah Tj = j. Jumlah perbandingan elemen larik rata-rata:         
                Tavg(n) =   
= =

     
Contoh 5. Algoritma pencarian biner (bynary  search).



procedure PencarianBiner(input a1, a2, ..., an : integer, x : integer,
                         output idx : integer)

Deklarasi

   i, j, mid : integer
   ketemu : boolean

Algoritma

   i¬1
   j¬n
   ketemu¬false
   while (not ketemu) and ( i £ j) do
      mid ¬ (i+j) div 2  
      if amid = x then
        ketemu ¬ true
      else
         if amid < x then    { cari di belahan kanan }
          i¬mid + 1
         else                  { cari di belahan kiri }
          j¬mid - 1;
         endif
      endif
   endwhile
   {ketemu or i > j }
  
   if ketemu then
      idx¬mid
   else
      idx¬0
   endif





1. Kasus terbaik
Tmin(n) = 1

2. Kasus terburuk:
          Tmax (n) = 2log n


Contoh 6. Algoritma algoritma pengurutan pilih (selection sort).


procedure Urut(input/output a1, a2, ..., an : integer)

Deklarasi

   i, j, imaks, temp : integer

Algoritma

  for i¬n downto 2 do   { pass sebanyak n – 1 kali }
    imaks¬1
    for j¬2 to i do
      if aj > aimaks then
         imaks¬j
      endif
    endfor
    { pertukarkan aimaks dengan ai }
    temp¬ai
    ai¬aimaks
    aimaks¬temp
           
  endfor



 (i) Jumlah operasi perbandingan elemen
Untuk setiap pass ke-i,        
i = 1 ®  jumlah perbandingan  = n – 1
          i = 2  ®  jumlah perbandingan = n – 2
          i = 3  ®  jumlah perbandingan = n – 3
           
          i = k  ®  jumlah perbandingan = nk
           
          i = n – 1  ®  jumlah perbandingan = 1

Jumlah seluruh operasi perbandingan elemen-elemen larik adalah
          T(n) = (n – 1) + (n – 2) + … + 1 =           

Ini adalah kompleksitas waktu untuk kasus terbaik dan terburuk, karena algoritma Urut tidak bergantung pada batasan apakah data masukannya sudah terurut atau acak.

(ii) Jumlah operasi pertukaran
Untuk setiap i dari 1 sampai n – 1, terjadi satu kali pertukaran elemen, sehingga jumlah operasi pertukaran seluruhnya adalah

T(n) = n – 1.

Jadi, algoritma pengurutan maksimum membutuhkan n(n – 1 )/2 buah operasi perbandingan elemen dan n – 1  buah operasi pertukaran.                                                                                                
















Kompleksitas Waktu Asimptotik


·       Tinjau   T(n) = 2n2 + 6n + 1


Perbandingan pertumbuhan T(n) dengan n2

n
T(n) = 2n2 + 6n + 1
n2
10
100
1000
10.000
261
2061
2.006.001
1.000.060.001
100
1000
1.000.000
1.000.000.000


·       Untuk n yang besar, pertumbuhan T(n) sebanding dengan n2. Pada kasus ini, T(n) tumbuh seperti n2 tumbuh.

·       T(n) tumbuh seperti n2 tumbuh saat n bertambah. Kita katakan bahwa T(n) berorde n2 dan kita tuliskan

                   T(n) = O(n2)

  • Notasi “O” disebut notasi “O-Besar” (Big-O) yang merupakan notasi kompleksitas waktu asimptotik.


DEFINISI.  T(n) = O(f(n)) (dibaca “T(n) adalah O(f(n)” yang artinya T(n) berorde paling besar f(n) ) bila terdapat konstanta C dan n0 sedemikian sehingga 

T(n£ C(f (n))

untuk  n ³ n0.

 f(n) adalah batas atas (upper bound) dari T(n) untuk n yang besar.
Contoh 7. Tunjukkan bahwa T(n) = 3n + 2 = O(n).
Penyelesaian:
3n + 2 = O(n)
karena
3n + 2 £ 3n + 2n = 5n  untuk semua n ³ 1 (C = 5 dan n0 = 1).             


Contoh 8. Tunjukkan bahwa T(n) = 2n2 + 6n + 1 = O(n2).
Penyelesaian:
     2n2 + 6n + 1 = O(n2
     karena 
     2n2 + 6n + 1 £ 2n2 + 6n2 + n2 = 9n2 untuk semua n ³ 1.

atau

karena 

2n2 + 6n + 1 £ n2 + n2 + n2 = 3n2 untuk semua n ³ 6  (C =3 dan n0 = 6).         


TEOREMA. Bila T(n) = am nm + am-1 nm-1 + ... + a1n+ a0 adalah polinom derajat m  maka T(n) = O(nm ).            

TEOREMA. Misalkan T1(n) = O(f(n)) dan T2(n) = O(g(n)), maka
(aT1(n) + T2(n) = O(f(n)) + O(g(n)) = O(max(f(n), g(n))        
(bT1(n)T2(n) = O(f(n))O(g(n)) = O(f(n)g(n))
(cO(cf(n)) = O(f(n)), c adalah konstanta
          (df(n) = O(f(n))
Contoh 9. Misalkan T1(n) = O(n) dan T2(n) = O(n2), maka
                             (a) T1(n) + T2(n) = O(max(n, n2)) = O(n2)      
                             (b) T1(n)T2(n) = O(n.n2) = O(n3)            

Contoh 10.         O(5n2) = O(n2)  
                            n2 = O(n2)            

Aturan Untuk Menentukan Kompleksitas Waktu Asimptotik

1.    Jika kompleksitas waktu T(n) dari algoritma diketahui,
    Contoh: (i)  pada algoritma cari_maksimum 
T(n) = n – 1 = O(n)

                    (ii) pada algoritma pencarian_beruntun      
Tmin(n) = 1 = O(1)
                   Tmax(n) = n = O(n)
                             Tavg(n) = (n + 1)/2 = O(n),
         
                     (iii) pada algoritma pencarian_biner,
Tmin(n) = 1 = O(1)
                   Tmax(n) = 2log n = O(2log n)

                     (iv) pada algoritma selection_sort
                    
             
                    (v) T(n) = (n + 2) log(n2 + 1) + 5n2       = O(n2)     

                   Penjelasannya adalah sebagai berikut:  
                             T(n) = (n + 2) log(n2 + 1) + 5n2
                                     = f(n)g(n) + h(n),          

Kita rinci satu per satu:                           
                   Þ f(n) = (n + 2) = O(n)
          Þ g(n) = log(n2 + 1) = O(log n), karena

          log(n2 + 1) £ log(2n2) = log 2 + log n2
= log 2 + 2 log n £ 3 log n untuk n > 2

                   Þ h(n) = 5n2 = O(n2)

                   maka
   T(n) = (n + 2) log(n2 + 1) + 5n2
= O(n)O(log n) + O(n2)
          = O(n log n) + O(n2) = O(max(n log n, n2)) = O(n2)
         

2.    Menghitung O-Besar untuk setiap instruksi di dalam algoritma dengan panduan di bawah ini, kemudian menerapkan teorema O-Besar.

(a) Pengisian nilai (assignment), perbandingan, operasi  aritmetik, readwrite membutuhkan waktu O(1).

  (b) Pengaksesan elemen larik atau memilih field tertentu dari sebuah record membutuhkan waktu O(1).
         Contoh:

read(x);     O(1)
x:=x + a[k]; O(1) + O(1) + O(1) = O(1)
writeln(x);  O(1)

          Kompleksitas waktu asimptotik = O(1) + O(1) + O(1) = O(1)

          Penjelasan: O(1) + O(1) + O(1) = O(max(1,1)) + O(1)
  = O(1) + O(1) = O(max(1,1)) = O(1)




                            
 (c) if C then S1 else S2; membutuhkan waktu

               TC + max(TS1,TS2)

         Contoh:

read(x);              O(1)
if x mod 2 = 0 then   O(1)
 begin
   x:=x+1;            O(1)
   writeln(x);        O(1)
 end
else
    writeln(x);         O(1)
         
            Kompleksitas waktu asimptotik:
                    = O(1) + O(1) + max(O(1)+O(1), O(1))
= O(1) + max(O(1),O(1))
= O(1) + O(1)
= O(1)                                     


(d) Kalang for. Kompleksitas waktu kalang for adalah jumlah  pengulangan dikali dengan kompleksitas waktu badan (body) kalang.
         Contoh

for i:=1 to n do
  jumlah:=jumlah + a[i];    O(1)

 Kompleksitas waktu asimptotik  = n . O(1)
                 = O(n .1)
                 = O(n)

      Contoh: kalang bersarang

for i:=1 to n do
   for j:=1 to n do
    a[i,j]:=0;       O(1)

          Kompleksitas waktu asimptotik:

                   nO(n) = O(n.n) = O(n2)

Contoh: kalang bersarang dengan dua buah instruksi

for i:=1 to n do
   for j:=1 to i do
 begin
       a:=a+1;     O(1)
       b:=b-2      O(1)
    end;

        waktu untuk a:=a+1          : O(1)
          waktu untuk b:=b-2          : O(1)
          total waktu untuk badan kalang = O(1) + O(1) = O(1)
kalang terluar dieksekusi sebanyak n kali
kalang terdalam dieksekusi sebanyak i kali, i = 1, 2, …, n                           jumlah pengulangan seluruhnya = 1 + 2 + … + n
       = n(n + 1)/2
          kompleksitas waktu asimptotik = n(n + 1)/2 .O(1)
                    = O(n(n + 1)/2) = O(n2)
                                       

(e) while C do S; dan repeat S until C; Untuk kedua buah kalang, kompleksitas waktunya adalah jumlah pengulangan dikali dengan kompleksitas waktu badan C dan S.


     Contoh: kalang tunggal sebanyak n-1 putaran

i:=2;                     O(1)
while i <= n do           O(1)
 begin
   jumlah:=jumlah + a[i]; O(1)
   i:=i+1;                O(1)
 end;
         
     Kompleksitas waktu asimptotiknya adalah
                   = O(1) +  (n-1) { O(1) + O(1) + O(1) }
= O(1) + (n-1) O(1)
= O(1) + O(n-1)
= O(1) + O(n)
= O(n)
     

     Contoh: kalang yang tidak dapat ditentukan panjangnya:

ketemu:=false;                          
while (p <> Nil) and (not ketemu) do   
   if p^.kunci = x then
    ketemu:=true
   else
    p:=p^.lalu
{ p = Nil or ketemu }

          Di sini, pengulangan akan berhenti bila x yang dicari ditemukan di dalam senarai. Jika jumlah elemen senarai adalah n, maka  kompleksitas waktu terburuknya adalah O(n) -yaitu kasus x tidak ditemukan.


(f)  Prosedur dan fungsi. Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan kendali ke rutin yang dipanggil adalah O(1).

Pengelompokan Algoritma Berdasarkan Notasi O-Besar

Kelompok  Algoritma
Nama
O(1)          
O(log n)                
O(n)          
O(n log n
O(n2)                  
O(n3)                  
O(2n)                  
O(n!)                  
konstan
logaritmik
lanjar
n log n
kuadratik
kubik
eksponensial
faktorial
                                 
 Urutan spektrum kompleksitas waktu algoritma adalah :

         


                   algoritma polinomial                algoritma eksponensial
         
Penjelasan masing-masing kelompok algoritma adalah sebagai berikut [SED92]:

O(1)       Kompleksitas O(1) berarti waktu pelaksanaan algoritma adalah tetap, tidak bergantung pada ukuran masukan. Contohnya prosedur tukar di bawah ini:

procedure tukar(var a:integer; var b:integer);
var
  temp:integer;
begin
  temp:=a;
  a:=b;
  b:=temp;
end;

           Di sini jumlah operasi penugasan (assignment) ada tiga buah dan tiap operasi dilakukan satu kali. Jadi, T(n) = 3 = O(1).

O(log n) Kompleksitas waktu logaritmik berarti laju pertumbuhan waktunya berjalan lebih lambat daripada pertumbuhan n. Algoritma yang termasuk kelompok ini adalah algoritma yang memecahkan persoalan besar dengan mentransformasikannya menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil yang berukuran sama (misalnya algoritma pencarian_biner). Di sini basis algoritma tidak terlalu penting sebab bila n dinaikkan dua kali semula, misalnya, log n meningkat  sebesar sejumlah tetapan.

O(n)       Algoritma yang waktu pelaksanaannya lanjar umumnya terdapat pada kasus yang setiap elemen masukannya dikenai proses yang sama, misalnya algoritma pencarian_beruntun. Bila n dijadikan dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma juga dua kali semula.

O(n log n)  Waktu pelaksanaan yang n log n terdapat pada algoritma yang memecahkan persoalan menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil,  menyelesaikan tiap persoalan secara independen, dan menggabung solusi masing-masing persoalan. Algoritma yang diselesaikan dengan teknik bagi dan gabung mempunyai kompleksitas asimptotik jenis ini. Bila n = 1000, maka n log n mungkin 20.000. Bila n dijadikan dua kali semual, maka n log n menjadi dua kali semula (tetapi tidak terlalu banyak)

O(n2)      Algoritma yang waktu pelaksanaannya kuadratik hanya praktis digunakan untuk persoalana yang berukuran kecil. Umumnya algoritma yang termasuk kelompok ini memproses setiap masukan dalam dua buah kalang bersarang, misalnya pada algoritma urut_maks. Bila n = 1000, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dinaikkan menjadi dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma meningkat menjadi empat kali semula.

O(n3)      Seperti halnya algoritma kuadratik, algoritma kubik memproses setiap masukan dalam tiga buah kalang bersarang, misalnya algoritma perkalian matriks. Bila n = 100, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dinaikkan menjadi dua kali semula, waktu pelaksanan algoritma meningkat menjadi delapan kali semula.

O(2n)      Algoritma yang tergolong kelompok ini mencari solusi persoalan secara "brute force", misalnya pada algoritma mencari sirkuit Hamilton (lihat Bab 9). Bila n = 20, waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dijadikan dua kali semula, waktu pelaksanaan menjadi kuadrat kali semula!

O(n!)      Seperti halnya pada algoritma eksponensial, algoritma jenis ini memproses setiap masukan dan menghubungkannya dengan n - 1 masukan lainnya, misalnya algoritma Persoalan Pedagang Keliling (Travelling Salesperson Problem - lihat bab 9). Bila n = 5, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 120. Bila n dijadikan dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma menjadi faktorial dari 2n.













Nilai masing-masing fungsi untuk setiap bermacam-macam nilai n

log n
n
n log n
n2
n3
2n
n!
0
1
0
1
1
2
1
1
2
2
4
8
4
2
2
4
8
16
64
16
24
3
9
24
64
512
256
362880
4
16
64
256
4096
65536
20922789888000
5
32
160
1024
32768
4294967296
(terlalu besar )




·       Sebuah masalah yang mempunyai algoritma dengan kompleksitas polinomial kasus-terburuk dianggap mempunyai algoritma yang “bagus”; artinya masalah tersebut mempunyai algoritma yang mangkus, dengan catatan polinomial tersebut berderajat rendah. Jika polinomnya berderajat tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi algoritma tersebut panjang. Untunglah pada kebanyakan kasus, fungsi polinomnya mempunyai derajat yang rendah.

·       Suatu masalah dikatakan tractable (mudah dari segi komputasi) jika ia dapat diselesaikan dengan algoritma yang memiliki kompleksitas polinomial kasus terburuk (artinya dengan algoritma yang mangkus), karena  algoritma akan menghasilkan solusi dalam waktu yang lebih pendek [ROS99]. Sebaliknya, sebuah masalah dikatakan intractable (sukar dari segi komputasi) jika tidak ada algoritma yang mangkus untuk menyelesaikannya.

·       Masalah yang sama sekali tidak memiliki algoritma untuk memecahkannya disebut masalah tak-terselesaikan (unsolved problem). Sebagai contoh, masalah penghentian (halting problem) jika diberikan program dan sejumlah masukan, apakah program tersebut berhenti pada akhirnya [JOH90]?

·       Kebanyakan masalah yang dapat dipecahkan dipercaya tidak memiliki algoritma penyelesaian dalam kompleksitas waktu polinomial untuk kasus terburuk, karena itu dianggap intractable. Tetapi, jika solusi masalah tersebut ditemukan, maka solusinya dapat diperiksa dalam waktu polinomial. Masalah yang solusinya dapat diperiksa dalam waktu polinomial dikatakan termasuk ke dalam kelas NP (non-deterministic polynomial). Masalah yang tractable termasuk ke dalam kelas P (polynomial). Jenis kelas masalah lain adalah kelas NP-lengkap (NP-complete). Kelas masalah NP-lengkap memiliki sifat bahwa jika ada sembarang masalah di dalam kelas ini dapat dipecahkan dalam waktu polinomial, berarti semua masalah di dalam kelas tersebut dapat dipecahkan dalam waktu polinomial. Atau, jika kita dapat membuktikan bahwa salah satu dari masalah di dalam kelas itu intractable, berarti kita telah membuktikan bahwa semua masalah di dalam kelas tersebut intractable. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan, tidak ada algoritma dalam waktu polinomial yang dapat memecahkan masalah di dalam kelas NP-lengkap. Secara umum diterima, meskipun tidak terbuktikan, bahwa tidak ada masalah di dalam kelas NP-lengkap yang dapat dipecahkan dalam waktu polinomial [ROS99].



Notasi Omega-Besar dan Tetha-Besar

Definisi W-Besar adalah:

T(n) = W(g(n)) (dibaca “T(n) adalah Omega (f(n)” yang artinya T(n) berorde paling kecil g(n) ) bila terdapat tetapan C dan n0 sedemikian sehingga 
T(n) ³ C(f (n))
untuk  n ³ n0.

Definisi Q-Besar,

T(n) = Q(h(n))  (dibaca “T(n) adalah tetha h(n)” yang artinya T(n) berorde sama dengan h(n) jika T(n) = O(h(n)) dan T(n) = W(g(n)).


Contoh: Tentukan notasi W dan Q untuk T(n) = 2n2 + 6n + 1.
Jawab:
          Karena 2n2 + 6n + 1 ³ 2n2 untuk n ³ 1,
           maka dengan C = 2 kita memperoleh

                   2n2 + 6n + 1 = W(n2)

          Karena 2n2 + 5n + 1 = O(n2) dan 2n2 + 6n + 1 = W(n2),
          maka 2n2 + 6n + 1 = Q(n2).
Contoh: Tentukan notasi notasi O, W dan Q untuk T(n) = 5n3 + 6n2 log n.
Jawab:
Karena 0 £ 6n2 log n £ 6n3, maka 5n3 + 6n2 log n £ 11n3 untuk n ³ 1. Dengan mengambil C = 11, maka
                             5n3 + 6n2 log n = O(n3)

Karena 5n3 + 6n2 log n ³ 5n3 untuk n ³ 1, maka maka dengan mengambil C = 5 kita memperoleh
                   5n3 + 6n2 log n = W(n3)

Karena 5n3 + 6n2 log n = O(n3) dan 5n3 + 6n2 log n = W(n3), maka 5n3 + 6n2 log n = Q(n3)

Contoh: Tentukan notasi notasi O, W dan Q untuk T(n) = 1 + 2 + … + n.
Jawab:
          1 + 2 + … + n = O(n2) karena
             1 + 2 + … + n £ n + n + … + n = n2 untuk n ³ 1.

          1 + 2 + … + n = W(n) karena
               1 + 2 + … + n £ 1 + 1 + … + 1 = n untuk n ³ 1.

          1 + 2 + … + n ³ én/2ù + … + (n – 1) + n
                                 ³ én/2ù + … + én/2ù + én/2ù      
                                = é(n + 1)/2ù én/2ù
                                ³ (n/2)(n/2)
                                = n2/4              

Kita menyimpulkan bahwa

          1 + 2 + … + n = W(n2)


Oleh karena itu,

          1 + 2 + … + n = Q(n2)


TEOREMA. Bila T(n) = am nm + am-1 nm-1 + ... + a1n+ a0 adalah polinom derajat m  maka T(n) adalah berorde nm.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Telah membaca artikel kami. Silahkan tinggalkan komentar anda disini.

 
Support : Dunia Matematika | Dunia Fisik dan Fiksi
Copyright © 2013. Blog Berbagi Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by AM Published by Aeroplane
Proudly powered by Blogger