Kompleksitas Algoritma
·
Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien).
·
Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus.
·
Kemangkusan algoritma diukur dari berapa jumlah waktu dan ruang (space) memori yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
·
Algoritma yang mangkus ialah algoritma yang meminimumkan kebutuhan
waktu dan ruang.
·
Kebutuhan waktu dan ruang suatu algoritma bergantung pada ukuran
masukan (n), yang menyatakan jumlah data yang diproses.
·
Kemangkusan algoritma dapat digunakan untuk menilai algoritma yang
terbaik.
·
Mengapa Kita Memerlukan Algoritma yang
Mangkus?
Model Perhitungan Kebutuhan Waktu/Ruang
·
Kita dapat mengukur waktu yang diperlukan oleh sebuah algoritma dengan
menghitung banyaknya operasi/instruksi yang dieksekusi.
·
Jika kita mengetahui besaran waktu (dalam satuan detik) untuk
melaksanakan sebuah operasi tertentu, maka kita dapat menghitung berapa waktu
sesungguhnya untuk melaksanakan algoritma tersebut.
Contoh 1. Menghitung rerata
a1
|
a2
|
a3
|
…
|
an
|
Larik bilangan bulat
procedure HitungRerata(input a1,
a2, ..., an : integer, output r : real)
{ Menghitung nilai rata-rata dari sekumpulan
elemen larik integer a1,
a2, ..., an.
Nilai
rata-rata akan disimpan
di dalam peubah r.
Masukan: a1, a2, ..., an
Keluaran:
r (nilai rata-rata)
}
Deklarasi
k : integer
jumlah : real
Algoritma
jumlah¬0
k¬1
while k £ n do
jumlah¬jumlah + ak
k¬k+1
endwhile
{ k > n }
r ¬ jumlah/n
{ nilai rata-rata }
|
(i) Operasi
pengisian nilai (jumlah¬0, k¬1, jumlah¬jumlah+ak, k¬k+1,
dan r
¬ jumlah/n)
Jumlah seluruh operasi pengisian nilai
adalah
t1 = 1 + 1 + n + n
+ 1 = 3 + 2n
(ii) Operasi
penjumlahan (jumlah+ak, dan k+1)
Jumlah seluruh operasi penjumlahan
adalah
t2 = n + n = 2n
(iii) Operasi
pembagian (jumlah/n)
Jumlah seluruh operasi pembagian adalah
t3 = 1
Total kebutuhan waktu algoritma HitungRerata:
t
= t1 + t2 + t3 = (3 + 2n)a
+ 2nb + c detik
·
Model perhitungan kebutuhan waktu seperti di atas kurang dapat
diterima:
1. Dalam praktek kita tidak
mempunyai informasi berapa waktu sesungguhnya untuk melaksanakan suatu operasi
tertentu
2. Komputer dengan arsitektur
yang berbeda akan berbeda pula lama waktu untuk setiap jenis operasinya.
·
Selain bergantung pada komputer, kebutuhan waktu sebuah program juga
ditentukan oleh compiler bahasa yang
digunakan.
·
Model abstrak pengukuran waktu/ruang harus independen dari pertimbangan mesin dan compiler apapun.
·
Besaran yang dipakai untuk menerangkan model abstrak pengukuran
waktu/ruang ini adalah kompleksitas
algoritma.
·
Ada dua macam kompleksitas algoritma, yaitu kompleksitas waktu dan kompleksitas
ruang.
·
Kompleksitas waktu, T(n), diukur dari jumlah tahapan
komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritma sebagai fungsi dari
ukuran masukan n.
·
Kompleksitas ruang, S(n), diukur dari memori yang
digunakan oleh struktur data yang terdapat di dalam algoritma sebagai fungsi
dari ukuran masukan n.
·
Dengan menggunakan besaran kompleksitas waktu/ruang algoritma, kita
dapat menentukan laju peningkatan
waktu (ruang) yang diperlukan algoritma dengan meningkatnya ukuran masukan n.
Kompleksitas Waktu
·
Dalam praktek, kompleksitas waktu dihitung berdasarkan jumlah operasi
abstrak yang mendasari suatu algoritma, dan memisahkan analisisnya dari
implementasi.
Contoh 2. Tinjau algoritma menghitung
rerata pada Contoh 1. Operasi yang mendasar pada algoritma tersebut adalah
operasi penjumlahan elemen-elemen ak (yaitu jumlah¬jumlah+ak),
Kompleksitas waktu HitungRerata adalah T(n) = n.
Contoh 3. Algoritma untuk mencari
elemen terbesar di dalam sebuah larik (array)
yang berukuran n elemen.
procedure CariElemenTerbesar(input
a1, a2, ..., an : integer, output
maks : integer)
{ Mencari elemen terbesar dari sekumpulan elemen
larik integer a1, a2,
..., an.
Elemen terbesar akan disimpan di dalam
maks.
Masukan: a1, a2, ..., an
Keluaran:
maks (nilai terbesar)
}
Deklarasi
k : integer
Algoritma
maks¬a1
k¬2
while k £ n do
if ak > maks then
maks¬ak
endif
i¬i+1
endwhile
{ k > n }
|
Kompleksitas waktu algoritma dihitung
berdasarkan jumlah operasi perbandingan elemen larik (A[i] > maks).
Kompleksitas waktu CariElemenTerbesar : T(n)
= n – 1.
Kompleksitas waktu dibedakan atas tiga macam :
1. Tmax(n) : kompleksitas waktu untuk kasus terburuk (worst case),
à kebutuhan waktu maksimum.
2. Tmin(n) : kompleksitas waktu untuk kasus terbaik (best case),
à kebutuhan waktu minimum.
3. Tavg(n): kompleksitas waktu untuk kasus rata-rata (average case)
à kebutuhan waktu secara
rata-rata
Contoh 4. Algoritma sequential search.
procedure PencarianBeruntun(input a1,
a2, ..., an : integer, x : integer,
output idx : integer)
Deklarasi
k : integer
ketemu : boolean { bernilai true jika x ditemukan atau
false jika x tidak ditemukan }
Algoritma:
k¬1
ketemu ¬ false
while (k £ n) and
(not ketemu) do
if ak = x then
ketemu¬true
else
k ¬ k + 1
endif
endwhile
{ k > n or ketemu }
if ketemu then { x ditemukan }
idx¬k
else
idx¬ 0
{ x tidak ditemukan }
endif
|
Jumlah
operasi perbandingan elemen tabel:
1. Kasus
terbaik: ini terjadi bila a1 = x.
Tmin(n) =
1
2. Kasus
terburuk: bila an = x atau x tidak
ditemukan.
Tmax(n)
= n
3. Kasus rata-rata: Jika x ditemukan pada posisi ke-j, maka operasi perbandingan (ak
= x)akan dieksekusi sebanyak j
kali.
Tavg(n) =
Cara lain: asumsikan bahwa P(aj = x)
= 1/n. Jika aj = x maka Tj yang dibutuhkan adalah Tj = j. Jumlah perbandingan elemen larik rata-rata:
Tavg(n) =
= =
Contoh 5. Algoritma pencarian biner (bynary search).
procedure PencarianBiner(input a1,
a2, ..., an : integer, x : integer,
output idx : integer)
Deklarasi
i, j, mid : integer
ketemu : boolean
Algoritma
i¬1
j¬n
ketemu¬false
while (not ketemu) and ( i £ j) do
mid ¬
(i+j) div 2
if amid = x then
ketemu ¬ true
else
if amid < x then {
cari di belahan kanan }
i¬mid + 1
else { cari di belahan kiri }
j¬mid - 1;
endif
endif
endwhile
{ketemu or i > j }
if ketemu then
idx¬mid
else
idx¬0
endif
|
1. Kasus
terbaik
Tmin(n) = 1
2. Kasus terburuk:
Tmax
(n) = 2log n
Contoh 6. Algoritma algoritma
pengurutan pilih (selection sort).
procedure Urut(input/output a1, a2, ..., an
: integer)
Deklarasi
i, j, imaks, temp : integer
Algoritma
for i¬n downto 2 do {
pass sebanyak n – 1 kali }
imaks¬1
for j¬2 to i do
if aj > aimaks
then
imaks¬j
endif
endfor
{
pertukarkan aimaks dengan ai }
temp¬ai
ai¬aimaks
aimaks¬temp
endfor
|
(i) Jumlah operasi
perbandingan elemen
Untuk setiap pass ke-i,
i =
1 ® jumlah perbandingan = n
– 1
i = 2 ® jumlah perbandingan = n – 2
i = 3 ® jumlah perbandingan = n – 3
i = k ®
jumlah perbandingan = n – k
i = n
– 1 ® jumlah perbandingan = 1
Jumlah seluruh operasi perbandingan elemen-elemen
larik adalah
T(n) = (n – 1) + (n – 2) + … + 1
=
Ini adalah kompleksitas waktu untuk kasus terbaik
dan terburuk, karena algoritma Urut tidak bergantung pada
batasan apakah data masukannya sudah terurut atau acak.
(ii) Jumlah operasi
pertukaran
Untuk setiap i dari 1 sampai n – 1, terjadi satu kali pertukaran elemen, sehingga jumlah operasi
pertukaran seluruhnya adalah
T(n) = n
– 1.
Jadi, algoritma pengurutan maksimum membutuhkan n(n
– 1 )/2 buah operasi perbandingan elemen dan n – 1 buah operasi
pertukaran.
Kompleksitas Waktu Asimptotik
·
Tinjau
T(n) = 2n2 + 6n + 1
Perbandingan pertumbuhan T(n)
dengan n2
n
|
T(n) = 2n2 + 6n + 1
|
n2
|
10
100
1000
10.000
|
261
2061
2.006.001
1.000.060.001
|
100
1000
1.000.000
1.000.000.000
|
·
Untuk n yang besar,
pertumbuhan T(n) sebanding dengan n2.
Pada kasus ini, T(n) tumbuh seperti n2 tumbuh.
·
T(n) tumbuh seperti n2
tumbuh saat n bertambah. Kita katakan
bahwa T(n) berorde n2
dan kita tuliskan
T(n) = O(n2)
- Notasi “O” disebut notasi “O-Besar” (Big-O) yang merupakan notasi kompleksitas waktu asimptotik.
DEFINISI. T(n) = O(f(n))
(dibaca “T(n) adalah O(f(n)”
yang artinya T(n) berorde paling besar
f(n) ) bila terdapat konstanta C
dan n0 sedemikian
sehingga
T(n) £ C(f (n))
untuk n ³ n0.
f(n) adalah batas atas (upper bound) dari T(n) untuk n yang besar.
Contoh 7. Tunjukkan bahwa T(n)
= 3n + 2 = O(n).
Penyelesaian:
3n + 2 = O(n)
karena
3n + 2 £ 3n + 2n = 5n untuk semua n ³ 1 (C = 5 dan n0 =
1).
Contoh 8. Tunjukkan bahwa T(n)
= 2n2 + 6n + 1 = O(n2).
Penyelesaian:
2n2
+ 6n + 1 = O(n2)
karena
2n2
+ 6n + 1 £ 2n2
+ 6n2 + n2 = 9n2 untuk semua n
³ 1.
atau
karena
2n2 + 6n + 1 £ n2 + n2
+ n2 = 3n2 untuk semua n ³ 6 (C
=3 dan n0 = 6).
TEOREMA. Bila T(n)
= am nm
+ am-1 nm-1
+ ... + a1n+ a0
adalah polinom derajat m maka T(n) = O(nm
).
TEOREMA. Misalkan T1(n) = O(f(n)) dan T2(n) = O(g(n)),
maka
(a) T1(n) + T2(n) = O(f(n))
+ O(g(n)) = O(max(f(n), g(n))
(b) T1(n)T2(n) = O(f(n))O(g(n)) = O(f(n)g(n))
(c) O(cf(n)) = O(f(n)), c adalah konstanta
(d) f(n) = O(f(n))
Contoh 9. Misalkan T1(n) = O(n)
dan T2(n) = O(n2), maka
(a) T1(n) + T2(n) = O(max(n, n2))
= O(n2)
(b) T1(n)T2(n) = O(n.n2)
= O(n3)
Contoh 10. O(5n2) = O(n2)
n2 = O(n2)
Aturan Untuk Menentukan Kompleksitas Waktu Asimptotik
1. Jika kompleksitas waktu T(n)
dari algoritma diketahui,
Contoh: (i)
pada algoritma cari_maksimum
T(n) = n
– 1 = O(n)
(ii) pada algoritma pencarian_beruntun
Tmin(n) = 1 = O(1)
Tmax(n) = n = O(n)
Tavg(n) = (n + 1)/2 = O(n),
(iii) pada
algoritma pencarian_biner,
Tmin(n) = 1 = O(1)
Tmax(n) = 2log n = O(2log n)
(iv) pada
algoritma selection_sort
(v) T(n) = (n + 2) log(n2 + 1) + 5n2
= O(n2)
Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
T(n) = (n + 2) log(n2
+ 1) + 5n2
= f(n)g(n) + h(n),
Kita rinci satu per satu:
Þ f(n) = (n + 2) = O(n)
Þ g(n) = log(n2 + 1) = O(log n), karena
log(n2 + 1) £ log(2n2) = log 2 + log n2
= log 2 + 2 log n £ 3 log n
untuk n > 2
Þ h(n) = 5n2 = O(n2)
maka
T(n) = (n + 2) log(n2
+ 1) + 5n2
= O(n)O(log n) + O(n2)
= O(n log n) + O(n2) = O(max(n log n, n2))
= O(n2)
2. Menghitung O-Besar untuk setiap instruksi di dalam
algoritma dengan panduan di bawah ini, kemudian menerapkan teorema O-Besar.
(a) Pengisian nilai (assignment),
perbandingan, operasi aritmetik, read,
write membutuhkan waktu O(1).
(b) Pengaksesan elemen larik
atau memilih field tertentu dari
sebuah record membutuhkan waktu O(1).
Contoh:
read(x); O(1)
x:=x + a[k]; O(1) + O(1) + O(1) = O(1)
writeln(x); O(1)
|
Kompleksitas waktu asimptotik = O(1) + O(1) + O(1) = O(1)
Penjelasan: O(1) + O(1) + O(1) = O(max(1,1)) + O(1)
= O(1)
+ O(1) = O(max(1,1)) = O(1)
(c) if C then S1 else S2; membutuhkan waktu
TC + max(TS1,TS2)
Contoh:
read(x); O(1)
if x mod 2 = 0 then O(1)
begin
x:=x+1; O(1)
writeln(x); O(1)
end
else
writeln(x); O(1)
|
Kompleksitas waktu
asimptotik:
= O(1) + O(1) + max(O(1)+O(1),
O(1))
= O(1) + max(O(1),O(1))
= O(1) + O(1)
= O(1)
(d) Kalang for. Kompleksitas waktu kalang for adalah jumlah pengulangan dikali dengan kompleksitas waktu
badan (body) kalang.
Contoh
for
i:=1 to n do
jumlah:=jumlah + a[i]; O(1)
|
Kompleksitas waktu asimptotik = n . O(1)
= O(n
.1)
= O(n)
Contoh: kalang bersarang
for i:=1 to n do
for j:=1 to n do
a[i,j]:=0; O(1)
|
Kompleksitas waktu asimptotik:
nO(n) = O(n.n)
= O(n2)
Contoh: kalang bersarang dengan
dua buah instruksi
for i:=1 to n do
for j:=1 to i do
begin
a:=a+1; O(1)
b:=b-2 O(1)
end;
|
waktu untuk a:=a+1 :
O(1)
waktu untuk b:=b-2 : O(1)
total waktu untuk badan kalang = O(1) + O(1) = O(1)
kalang terluar dieksekusi sebanyak n kali
kalang terdalam dieksekusi sebanyak i kali, i = 1, 2, …, n jumlah pengulangan seluruhnya = 1 + 2 + … + n
= n(n + 1)/2
kompleksitas waktu asimptotik = n(n + 1)/2 .O(1)
= O(n(n + 1)/2) = O(n2)
(e) while C do S; dan repeat S until C; Untuk kedua buah kalang,
kompleksitas waktunya adalah jumlah pengulangan dikali dengan kompleksitas
waktu badan C dan S.
Contoh: kalang tunggal sebanyak n-1 putaran
i:=2; O(1)
while i <= n do O(1)
begin
jumlah:=jumlah + a[i]; O(1)
i:=i+1; O(1)
end;
|
Kompleksitas waktu asimptotiknya adalah
= O(1)
+ (n-1)
{ O(1) + O(1) + O(1) }
= O(1) + (n-1) O(1)
= O(1) + O(n-1)
= O(1) + O(n)
= O(n)
Contoh: kalang yang tidak dapat
ditentukan panjangnya:
ketemu:=false;
while (p <> Nil) and (not ketemu) do
if p^.kunci = x then
ketemu:=true
else
p:=p^.lalu
{ p
= Nil or ketemu }
|
Di sini, pengulangan akan berhenti
bila x yang dicari ditemukan di dalam
senarai. Jika jumlah elemen senarai adalah n,
maka kompleksitas waktu terburuknya
adalah O(n) -yaitu kasus x tidak
ditemukan.
(f) Prosedur dan fungsi. Waktu
yang dibutuhkan untuk memindahkan kendali ke rutin yang dipanggil adalah O(1).
Pengelompokan Algoritma Berdasarkan Notasi O-Besar
Kelompok Algoritma
|
Nama
|
O(1)
O(log
n)
O(n)
O(n log n)
O(n2)
O(n3)
O(2n)
O(n!)
|
konstan
logaritmik
lanjar
n
log n
kuadratik
kubik
eksponensial
faktorial
|
Urutan spektrum kompleksitas
waktu algoritma adalah :
algoritma
polinomial algoritma eksponensial
Penjelasan masing-masing kelompok algoritma adalah
sebagai berikut [SED92]:
O(1) Kompleksitas
O(1) berarti waktu pelaksanaan
algoritma adalah tetap, tidak bergantung pada ukuran masukan. Contohnya
prosedur tukar di bawah ini:
procedure tukar(var a:integer; var b:integer);
var
temp:integer;
begin
temp:=a;
a:=b;
b:=temp;
end;
|
Di sini jumlah operasi penugasan (assignment) ada tiga buah dan tiap operasi dilakukan satu kali. Jadi, T(n)
= 3 = O(1).
O(log n) Kompleksitas waktu logaritmik berarti laju
pertumbuhan waktunya berjalan lebih lambat daripada pertumbuhan n. Algoritma yang termasuk kelompok ini
adalah algoritma yang memecahkan persoalan besar dengan mentransformasikannya
menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil yang berukuran sama (misalnya
algoritma pencarian_biner). Di sini basis algoritma
tidak terlalu penting sebab bila n dinaikkan
dua kali semula, misalnya, log n
meningkat sebesar sejumlah tetapan.
O(n) Algoritma yang waktu pelaksanaannya
lanjar umumnya terdapat pada kasus yang setiap elemen masukannya dikenai proses
yang sama, misalnya algoritma pencarian_beruntun. Bila n dijadikan dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma juga
dua kali semula.
O(n log n) Waktu
pelaksanaan yang n log n terdapat pada algoritma yang
memecahkan persoalan menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil, menyelesaikan tiap persoalan secara
independen, dan menggabung solusi masing-masing persoalan. Algoritma yang
diselesaikan dengan teknik bagi dan gabung mempunyai kompleksitas asimptotik
jenis ini. Bila n = 1000, maka n log n mungkin 20.000. Bila n dijadikan
dua kali semual, maka n log n menjadi dua kali semula (tetapi tidak
terlalu banyak)
O(n2) Algoritma yang waktu pelaksanaannya
kuadratik hanya praktis digunakan untuk persoalana yang berukuran kecil.
Umumnya algoritma yang termasuk kelompok ini memproses setiap masukan dalam dua
buah kalang bersarang, misalnya pada algoritma urut_maks. Bila n = 1000, maka waktu pelaksanaan
algoritma adalah 1.000.000. Bila n
dinaikkan menjadi dua kali semula, maka waktu pelaksanaan algoritma meningkat
menjadi empat kali semula.
O(n3) Seperti halnya algoritma kuadratik,
algoritma kubik memproses setiap masukan dalam tiga buah kalang bersarang,
misalnya algoritma perkalian matriks. Bila n
= 100, maka waktu pelaksanaan algoritma adalah 1.000.000. Bila n dinaikkan menjadi dua kali semula,
waktu pelaksanan algoritma meningkat menjadi delapan kali semula.
O(2n) Algoritma yang tergolong kelompok ini
mencari solusi persoalan secara "brute
force", misalnya pada algoritma mencari sirkuit Hamilton (lihat Bab
9). Bila n = 20, waktu pelaksanaan
algoritma adalah 1.000.000. Bila n
dijadikan dua kali semula, waktu pelaksanaan menjadi kuadrat kali semula!
O(n!) Seperti halnya pada algoritma
eksponensial, algoritma jenis ini memproses setiap masukan dan menghubungkannya
dengan n - 1 masukan lainnya,
misalnya algoritma Persoalan Pedagang Keliling (Travelling Salesperson Problem - lihat bab 9). Bila n = 5, maka waktu pelaksanaan algoritma
adalah 120. Bila n dijadikan dua kali
semula, maka waktu pelaksanaan algoritma menjadi faktorial dari 2n.
Nilai masing-masing fungsi
untuk setiap bermacam-macam nilai n
log n
|
n
|
n log n
|
n2
|
n3
|
2n
|
n!
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
2
|
1
|
1
|
2
|
2
|
4
|
8
|
4
|
2
|
2
|
4
|
8
|
16
|
64
|
16
|
24
|
3
|
9
|
24
|
64
|
512
|
256
|
362880
|
4
|
16
|
64
|
256
|
4096
|
65536
|
20922789888000
|
5
|
32
|
160
|
1024
|
32768
|
4294967296
|
(terlalu besar )
|
·
Sebuah masalah yang mempunyai algoritma dengan kompleksitas polinomial
kasus-terburuk dianggap mempunyai algoritma yang “bagus”; artinya masalah
tersebut mempunyai algoritma yang mangkus, dengan catatan polinomial tersebut
berderajat rendah. Jika polinomnya berderajat tinggi, waktu yang dibutuhkan
untuk mengeksekusi algoritma tersebut panjang. Untunglah pada kebanyakan kasus,
fungsi polinomnya mempunyai derajat yang rendah.
·
Suatu masalah dikatakan tractable
(mudah dari segi komputasi) jika ia dapat diselesaikan dengan algoritma yang
memiliki kompleksitas polinomial kasus terburuk (artinya dengan algoritma yang
mangkus), karena algoritma akan
menghasilkan solusi dalam waktu yang lebih pendek [ROS99]. Sebaliknya, sebuah
masalah dikatakan intractable (sukar
dari segi komputasi) jika tidak ada algoritma yang mangkus untuk
menyelesaikannya.
·
Masalah yang sama sekali tidak memiliki algoritma untuk memecahkannya
disebut masalah tak-terselesaikan (unsolved problem). Sebagai contoh,
masalah penghentian (halting problem)
jika diberikan program dan sejumlah masukan, apakah program tersebut berhenti
pada akhirnya [JOH90]?
·
Kebanyakan masalah yang dapat dipecahkan dipercaya tidak memiliki
algoritma penyelesaian dalam kompleksitas waktu polinomial untuk kasus
terburuk, karena itu dianggap intractable.
Tetapi, jika solusi masalah tersebut ditemukan, maka solusinya dapat diperiksa
dalam waktu polinomial. Masalah yang solusinya dapat diperiksa dalam waktu
polinomial dikatakan termasuk ke dalam kelas
NP (non-deterministic polynomial).
Masalah yang tractable termasuk ke
dalam kelas P (polynomial). Jenis kelas masalah lain adalah kelas NP-lengkap (NP-complete). Kelas masalah NP-lengkap memiliki sifat bahwa jika ada
sembarang masalah di dalam kelas ini dapat dipecahkan dalam waktu polinomial,
berarti semua masalah di dalam kelas tersebut dapat dipecahkan dalam waktu
polinomial. Atau, jika kita dapat membuktikan bahwa salah satu dari masalah di
dalam kelas itu intractable, berarti
kita telah membuktikan bahwa semua masalah di dalam kelas tersebut intractable. Meskipun banyak penelitian
telah dilakukan, tidak ada algoritma dalam waktu polinomial yang dapat
memecahkan masalah di dalam kelas NP-lengkap. Secara umum diterima, meskipun
tidak terbuktikan, bahwa tidak ada masalah di dalam kelas NP-lengkap yang dapat
dipecahkan dalam waktu polinomial [ROS99].
Notasi Omega-Besar dan
Tetha-Besar
Definisi
W-Besar adalah:
T(n) = W(g(n))
(dibaca “T(n) adalah Omega (f(n)” yang artinya T(n) berorde paling kecil g(n) ) bila terdapat tetapan C dan n0 sedemikian sehingga
T(n) ³ C(f (n))
untuk n ³ n0.
Definisi Q-Besar,
T(n) = Q(h(n)) (dibaca “T(n) adalah tetha h(n)” yang artinya T(n)
berorde sama dengan h(n) jika T(n) = O(h(n)) dan T(n) = W(g(n)).
Contoh: Tentukan notasi W dan Q untuk T(n) = 2n2 + 6n + 1.
Jawab:
Karena
2n2 + 6n + 1 ³ 2n2 untuk n ³ 1,
maka dengan C = 2 kita
memperoleh
2n2 + 6n + 1 = W(n2)
Karena
2n2 + 5n + 1 = O(n2) dan 2n2 + 6n + 1 = W(n2),
maka
2n2 + 6n + 1 = Q(n2).
Contoh: Tentukan notasi notasi O, W dan Q untuk T(n) = 5n3 + 6n2
log n.
Jawab:
Karena 0 £ 6n2 log n £ 6n3,
maka 5n3 + 6n2 log n £ 11n3 untuk n ³ 1. Dengan mengambil C = 11, maka
5n3 + 6n2 log n = O(n3)
Karena 5n3
+ 6n2 log n ³ 5n3 untuk n ³ 1, maka maka dengan mengambil C = 5 kita memperoleh
5n3 + 6n2 log n = W(n3)
Karena 5n3
+ 6n2 log n = O(n3) dan 5n3 + 6n2
log n = W(n3),
maka 5n3 + 6n2 log n = Q(n3)
Contoh: Tentukan notasi notasi O, W dan Q untuk T(n) = 1 + 2 + … + n.
Jawab:
1 + 2 + … + n = O(n2) karena
1
+ 2 + … + n £ n
+ n + … + n = n2 untuk n ³ 1.
1 + 2 + … + n = W(n) karena
1 + 2 + … + n £ 1 + 1 + … + 1 = n untuk n ³ 1.
1 + 2
+ … + n ³ én/2ù + … + (n
– 1) + n
³ én/2ù + … + én/2ù + én/2ù
= é(n + 1)/2ù én/2ù
³ (n/2)(n/2)
= n2/4
Kita menyimpulkan bahwa
1 + 2
+ … + n = W(n2)
Oleh karena itu,
1 + 2
+ … + n = Q(n2)
TEOREMA. Bila T(n) = am nm + am-1
nm-1 + ... + a1n+ a0 adalah
polinom derajat m maka T(n) adalah berorde nm.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Telah membaca artikel kami. Silahkan tinggalkan komentar anda disini.